Hari ini, hari senin malam selasa (tapi bukan selasa kliwon hehe) pasti banyak orang yang bergadang. Begadang sambil melirik jam sesekali, untuk menanti detik-detik tahun baru 2008. Sebenarnya apa ya yang dirayakan dalam sebuah pergantian tahun, padahal bukankah kita menjadi lebih tua saat berganti tahun. Berarti merayakan ketuaan kita dong 🙂
Kemarin membaca di sebuah koran bahwa ada pesta kembang api malam tahun baru yang menghabiskan dana hampir Rp.200 jt. Agak heran juga, hanya untuk pesta malam tahun baru menghabiskan dana sampai segitu besar, sedangkan di daerah lain masyarakat sedang ngangkut2 barang, ngungsi karena kebanjiran. Sekali ledakan kembang api yang besar bisa mencapai jutaan harganya. Jika dibelikan supermi untuk korban banjir tentu bisa dapat berkotak-kotak.
Akan tetapi di lain sisi jika menengok makna tahun baru, maka tahun baru bisa menjadi sebuah ajang intropeksi serta renungan bagi diri kita, sehingga dapat mempersiapkan langkah untuk menjadi lebih baik di tahun selanjutnya. Teorinya seperti itu, tp prakteknya bagaimana ya? hehe. Mungkin sejak awal tahun kita sudah mempersiapkan jadwal/rencana untuk satu tahun kedepan ini, misalnya tahun ini saya harus menyelesaikan skripsi terus wisuda, harus dapat kerjaan, tahun ini harus nikah, harus ganteng, dsb. Dengan sesuatu hal yang akan dituju maka kita bisa fokus mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang bisa dikesampingkan dahulu. Tidak belok kesana kemari, berjalan tanpa arah dan tujuan.
Tahun baru ini seperti tahun2 sebelumnya, saya dirumah saja, sambil menanti kembang api dari Alun-Alun Utara Yogyakarta yang biasanya keliatan dari rumah. Halah… padahal tadi mengkritik kembang api, sekarang pengen liat hehe. Iya sih, sesuatu yang indah namun harganya mahal dan hanya sekejap mata saja.
Akhir kata saya ucapkan “Selamat Tahun Baru 2008”
Semoga kita bisa menjadi manusia yang lebih baik di tahun ini…
dan semoga juga Indonesia tambah makmur, aman, damai, sejahtera dan tidak ada lagi bencana…
Amin.
